Buku “Five Families: Mexican Case” merupakan hasil penelitian antropologis Oscar Lewis tentang lima keluarga Meksiko yang hidup dalam kemiskinan pada tahun 1950-an. Lewis ingin menunjukkan bagaimana kehidupan sehari-hari, perilaku, sikap, dan nilai-nilai keluarga-keluarga tersebut dipengaruhi oleh kondisi kemiskinan yang kronis dan struktural. Lewis juga ingin mengkritik pandangan stereotip dan paternalistik tentang orang miskin yang sering dianut oleh pemerintah, gereja, dan kelas menengah.

Lewis memilih lima keluarga yang berbeda lokasi (domisili), latar belakang, dan tingkat kemiskinannya. Keluarga pertama adalah keluarga petani di desa Tepoztlán, Morelos, yang hidup dengan penghasilan sekitar 10 dolar AS per bulan. Keluarga kedua adalah keluarga buruh pabrik di kota Monterrey, Nuevo León, yang hidup dengan penghasilan sekitar 40 dolar AS per bulan. Keluarga ketiga adalah keluarga pedagang kaki lima di kota Meksiko, Distrito Federal, yang hidup dengan penghasilan sekitar 60 dolar AS per bulan. Keluarga keempat adalah keluarga pekerja seks komersial di kota Meksiko, Distrito Federal, yang hidup dengan penghasilan sekitar 100 dolar AS per bulan. Keluarga kelima adalah keluarga kelas menengah di kota Meksiko, Distrito Federal, yang hidup dengan penghasilan sekitar 300 dolar AS per bulan.
Lewis mengikuti kehidupan kelima keluarga tersebut selama satu hari penuh, dari pagi hingga malam. Dia mengamati dan mencatat aktivitas, interaksi, percakapan, dan emosi mereka. Dia juga mewawancarai mereka tentang latar belakang, harapan, masalah, dan pandangan mereka tentang dunia. Dia menggunakan metode etnografi yang mendalam dan deskriptif untuk memberikan gambaran yang dramatis dan kuat tentang laki-laki, perempuan, dan anak-anak dari lima keluarga tersebut dan komunitas miskin tempat mereka tinggal.
Dari penelitiannya, Lewis menemukan bahwa ada beberapa karakteristik budaya kemiskinan yang dimiliki oleh empat keluarga miskin tersebut. Budaya kemiskinan adalah suatu pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang berkembang sebagai reaksi terhadap kondisi kemiskinan yang sulit diubah, dan yang ditransmisikan secara intergenerasional. Beberapa karakteristik budaya kemiskinan adalah:
– Perasaan inferioritas dan agresivitas: Orang miskin sering merasa rendah diri dan tidak berdaya di hadapan otoritas atau kelas menengah. Mereka juga sering menunjukkan sikap agresif dan konfrontatif terhadap sesama orang miskin atau terhadap lingkungan mereka.
– Fatalisme: Orang miskin sering percaya bahwa nasib mereka sudah ditentukan oleh Tuhan atau takdir. Mereka juga sering menganggap bahwa kemiskinan adalah suatu hal yang alami atau normal. Mereka tidak berusaha untuk mengubah situasi mereka atau berencana untuk masa depan.
– Seksisme: Orang miskin sering memandang perempuan sebagai makhluk inferior atau subordinat terhadap laki-laki. Mereka juga sering memperlakukan perempuan sebagai objek seksual atau sumber pendapatan. Perempuan miskin sering mengalami kekerasan domestik atau eksploitasi seksual.
– Rendahnya tingkat aspirasi: Orang miskin sering tidak memiliki harapan atau cita-cita yang tinggi untuk diri mereka sendiri atau anak-anak mereka. Mereka juga sering tidak memiliki motivasi atau keterampilan untuk meningkatkan pendidikan atau pekerjaan mereka. Mereka puas dengan apa yang ada atau apa yang bisa didapat.
– Kurangnya partisipasi politik: Orang miskin sering tidak terlibat dalam proses politik atau sosial di negara mereka. Mereka juga sering tidak memiliki kesadaran atau kepentingan tentang isu-isu publik atau nasional. Mereka cenderung apatis, pasif, atau oportunis terhadap pemerintah atau partai politik.
– Orientasi jangka pendek: Orang miskin sering hidup untuk hari ini, dan tidak memikirkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Mereka juga sering tidak memiliki tabungan, investasi, atau asuransi. Mereka menghabiskan uang mereka untuk kebutuhan sehari-hari atau kesenangan sesaat.
– Penggunaan bahasa kasar: Orang miskin sering menggunakan bahasa yang vulgar, kasar, atau tidak sopan dalam berkomunikasi. Mereka juga sering menggunakan sumpah serapah, ejekan, atau ancaman untuk mengekspresikan emosi atau sikap mereka.
– Kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri atau nasib atas masalah mereka: Orang miskin sering merasa bersalah atau malu atas keadaan mereka. Mereka juga sering mengatribusikan masalah mereka kepada nasib buruk, karma, atau takdir. Mereka jarang menyalahkan sistem sosial atau politik yang menindas mereka.
– Ketergantungan pada hubungan pribadi dan keluarga: Orang miskin sering mengandalkan hubungan pribadi dan keluarga sebagai sumber dukungan, perlindungan, dan identitas. Mereka juga sering memiliki ikatan yang kuat dan loyal dengan kelompok-kelompok sosial yang berbagi budaya kemiskinan dengan mereka.
Lewis menyimpulkan bahwa budaya kemiskinan adalah suatu bentuk adaptasi yang rasional dan kreatif terhadap situasi kemiskinan yang sulit diubah, tetapi juga merupakan suatu hambatan untuk perubahan sosial dan ekonomi. Budaya kemiskinan tidak hanya ada di Meksiko, tetapi juga di negara-negara lain yang mengalami ketimpangan sosial yang besar.
Implikasi kebijakan dari kajian Lewis ini adalah: pertama, bahwa untuk mengatasi masalah kemiskinan, tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan ekonomi atau materi kepada orang miskin, tetapi juga perlu mengubah struktur sosial dan politik yang menimbulkan dan mempertahankan ketidakadilan. Kedua: selain itu, perlu juga memberdayakan orang miskin secara psikologis dan kultural, dengan menghormati dan mengakui nilai-nilai dan identitas mereka, serta memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Sumber:
(1) Five families ; Mexican case studies in the culture of poverty. https://www.worldcat.org/title/five-families-mexican-case-studies-in-the-culture-of-poverty/oclc/259788.
(2) Five Families: Mexican Case Studies in the Culture of Poverty.. https://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/640810.
(3) Culture Of Poverty | Encyclopedia.com. https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/sociology-and-social-reform/sociology-general-terms-and-concepts/culture-poverty.
(4) Five Families: Mexican Case Studies in the Culture of Poverty – Goodreads. https://www.goodreads.com/en/book/show/59294.
Ping-balik: Budaya dan Kemiskinan | Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat